Thursday, July 21, 2016

5 Kuliner “Jadul” Khas Bogor yang Wajib Dicoba


Bogor- Bogor memang memberikan banyak alasan bagi wisatawan untuk mengunjunginya. Selain beragam destinasi wisata alam maupun buatan, kuliner menjadi alasan penting bagi wisatawan untuk melancong ke kota hujan ini.

Berbagai kuliner tradisional hingga modern dapat dinikmati di sini. Justru karena ramainya pelancong, kuliner-kuliner tradisional masih dapat bertahan meski sudah berusia puluhan tahun. Kuliner lawas tersebut memang kerap membuat pelanggannya merasa kangen.

KompasTravel berhasil merangkum lima kuliner “jadul” yang tetap eksis dan jadi primadona wisatawan sejak 30 hingga 50 tahun yang lalu. Berikut kuliner-kuliner tradisional khas Bogor yang sayang jika dilewatkan ketika berkunjung ke kota ini:

1. Bir Kotjok

Walaupun bernama bir, minuman tradisional ini tidak memabukkan, justru memiliki khasiat baik untuk kesehatan.

Menurut Eman, yang merupakan pewaris generasi ketiga, resep yang dipakai sudah ada sejak tahun 1948. Resep andalannya ini terdiri dari jahe, kayu manis, cengkeh, gula pasir, dan aren. Bahkan jahe yang digunakannya hanya jahe merah.

“Jahe merah bagus buat kesehatan sirkulasi darah, juga lebih pedas dan hangat dibanding jahe biasa,” ujar Eman.

Walaupun disajikan dengan es batu, minuman tersebut tetap terasa hangat di tenggorokan saat KompasTravel mencobanya. Terkadang ada pula yang membeli tanpa es batu. Saat KompasTravel mencobanya lagi, sama hangatnya namun tidak bisa menimbulkan buih seperti bir.

Untuk menemuinya, Anda dapat berkunjung ke Jalan Suryakencana, tepatnya setelah perempatan Gang Aut, sebelah kiri jika ke arah puncak.

2. Lumpia Basah

Salah satu pelopornya ialah nenek dari Ernes, seorang pedagang Lumpia Bogor yang sudah generasi ketiga sejak 1972.

Berbeda dengan Lumpia Semarang yang berisikan rebung, telur dan cacahan udang, Lumpia Basah Bogor menggunakan cacahan bengkuang, tauge, tahu, ebi giling juga telur.

Lumpia pun tidak digulung dan digoreng, melainkan disajikan di atas adonan kulit. Oleh karena itu namanya lumpia basah.

Aroma ebi atau udang kecil yang khas pun tercium ketika kulit dirobek.KompasTravel segera menyendok isi yang masih diselimuti kulit lumpia tersebut. Tekstur renyah dari bengkuang, dan tauge sangat terasa, tapi yang sangat berkesan ialah paduan ebi dan bumbu-bumbu lainnya, sungguh menggoyang lidah.

Sejak tahun 1980-an akhir gerobak hijaunya menetap sejak pukul 09.00 – 18.00, di depan Ngo Hiang Jalan Surya kencana nomor 307.

3. Cungkring

Cungkring merupakan salah satu panganan khas Bogor yang hanya ada di beberapa tempat. Sekilas dari namanya mungkin kurang menggugah selera, tetapi ketika disajikan dijamin Anda tak sabar menyantapnya. Berbahan dasar kaki sapi, hidangan ini dijajakan menggunakan panggulan oleh Deden.

Warga sekitar biasa memanggilnya kang Deden, pria berusia kepala tiga ini sudah dua tahun menggantikan bapaknya yang berjualan cungkring sejak 1975.

Penyajiannya, bagian kikil, kulit, urat, atau dampal di potong-potong kecil diatas kertas nasi dan daun pisang. Kemudian diberi potongan lontong buatannya dan potongan keripik tempe, sebelum diguyur bumbu kacang dan cabai.

Bumbu kacangnya seperti kupat tahu, butiran kacang yang digiling kasar masih terasa di gigitan, cabai merah dan hijau pun menghiasinya. KompasTravel pun menggunakan keripik tersebut sebagai sendok dan menyantapnya bersamaan dengan kikil dan lontong. Benar-benar kombinasi yang pas.

4. Es Pala

Bermula dari tahun 1950-an, citarasanya masih diakui hingga saat ini oleh lintas generasi. Cuaca di perkotaan membuat kesegaran yang tertuang dari segelas es pala berkhasiat ini ternyata tak lekang oleh zaman. Terhitung sudah tiga generasi yang melakoni kuliner tradisional ini.

Ata, seorang bapak berusia kepala lima yang merupakan generasi kedua, kini sedang mewariskan resep “Es Pala Pak Ujang” yang terkenal enak.

Anda dapat mencoba langsung khasiatnya ke tenda sederhana “Es Pala Pak Ujang”, tepat di perempatan awal masuk Gang Aut. Lapaknya buka mulai pukul 09.00 hingga pukul 16.00. Harga satu gelas es pala segar Rp 5.000. Duh... benar-benar segar!

5. Laksa Bogor

Hidangan yang satu ini memang tersohor sejak puluhan tahun lalu. Kuah kuning berampas yang kaya akan rempah menjadi ciri khas hidangan tersebut. Salah satu kedai yang bertahan hingga tiga generasi ialah Laksa Gang Aut Mang Wahyu.

“Salah satu yang beda sama laksa lain, disini kuahnya kental. Gak hanya pake santannya, tapi kelapa parudnya juga dimasak,” ujar Dede, sang pengelola, saat ditemui, Rabu (25/5/2016).

Sebagai racikan kuahnya sendiri ia menggunakan 13 macam rempah, di antaranya salam, serai, dan laja.

Soal rasa tak perlu diragukan lagi, manis bercampur gurih jadi satu saat menyeruput kuah kuningnya. Kemangi dan serundeng menghasilkan citarasa yang khas dalam hidangan tersebut. Sehingga menambah gurih, dan wangi dari daun kemangi.

Jika Anda ingin mengunjunginya, lokasinya tak jauh dari awal masuk Gang Aut, Jalan Suryakencana, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Berhadapan dengan pangkalan ojek Gang Aut.

Sumber

0 comments:

Post a Comment