Thursday, February 15, 2018

Sop Ayam Pak Min, Jalan Abdullah Nuh Yasmin Bogor



Bila suatu saat mampir di Bogor, jangan pernah lupa menyempatkan datang ke Jalan Abdullah bin Nuh. Jangan bawa apa pun, kecuali uang secukupnya dan lambung keroncongan. Di sana terdapat warung  yang tidak pernah sepi pengunjung.  Setiap hari, tempat tersebut disesaki banyak orang, apalagi saat jam makan siang. Tempat di bilangan Yasmin dan Cimanggu itu dikenal warga Bogor sebagai warung Sop Ayam Pak Min Klaten. 


Mungkin agar keringat pengunjung mengalir lebih deras tak hanya karena seuhahnya sop, di warung itu tak disediakan AC. Hanya ada beberapa kipas angin untuk meniriskan peluh. 
Di sini, dapur sengaja ditaruh di bagian depan warung, seolah agar pengunjung bisa melihat. Untuk membatasi dengan ruang makan, dapur hanya dipisahkan sebuah tembok rendah. Alhasil, pengunjung bisa melihat langsung kompor, panci dan berbagai aktivitas memasak yang berlangsung di sana. 

Ruang makannya memang luas. Belasan bangku dan meja kayu memanjang berjejer dari depan hingga belakang. Pada dinding, selain daftar menu terdapat juga foto Pak Min, yang mengaku berasal dari Klaten, Jawa Tengah. Jangan membayangkan menemukan hal yang aneh atau unik di warung ini. Justru menu yang ada sangatlah sederhana. 

Hanya ada sop ayam. Memang ada daftar menu yang cukup panjang. Tetapi bila kita perhatikan semua mengarah kepada satu menu saja: sop ayam. Variasinya hanya berupa sop ayam nasi campur, sop ayam dada pechok, sop ayam ceker, sop ayam aneka kepala, dan lain sebagainya.

Meskipun hanya memiliki satu jenis masakan yang ditawarkan, Pak Min membuat strategi yang cukup jitu sehingga warungnya selalu ramai. Ayam yang dipergunakan sebagai bahan baku utama selalu  ayam kampung, bukan broiler.  Hasilnya, sop ayam yang disajikan pun tidak berlemak,  dagingnya tebal dengan rasa gurih-gurih sedaap! 

Tempat warung tersebut berdiri termasuk area perumahan plus kantor. Alhasil, warung ini bisa berharap pengunjungnya datang dari kalangan karyawan kantor-kantor yang berderet di sana, selain para penghuni perumahan di dekatnya. Namun untuk soal harga, Pak Min tampaknya sangat konvensional: ia mematok harga murah. “Kalau lebih banyak yang bisa datang karena harga kami terjangkau, rasanya batin saya lebih seneng gitu, Mas,” kata Pak Min, saat saya bertanya soal itu.  Yang termasuk mahal hanya menu Sop Ayam Pisah Dada Pechok yang dipatok Rp 20 ribu seporsi. 

Nah, salah satu jenis pelanggannya adalah kalangan ibu rumah tangga yang sedang malas memasak. Karyawan pun mendatangi warung ini pada saat istirahat makan siang. Belum lagi penunggu pasien di RSIA Hermina yang terletak di seberangnya. Tentang rasa, meskipun tidak istimewa, sop yang disajikan menurut lidah saya  tergolong enak. Apalagi dagingnya juga khas ayam kampung: padat, gurih, nyaris tanpa bantalan lemak. 

Kalau pun ada yang mesti saya  sayangkan, barangkali karena ayamnya tidak direbus bersama-sama hingga sop penuh dengan kaldu yang kental dan segar. Selain itu ukuran porsinya juga cukup besar. Semangkuk sebenarnya bisa dinikmati dua orang, dengan nasi. Bagi ibu rumah tangga dengan beberapa anak, sop ayam Pak Min akan terasa ekonomis dibandingkan memasak sendiri. 

Oh ya, bila ke Bogor terlalu jauh, Sop Pak Min sudah membuka cabang di berbagai tempat. Di Jakarta, warung ini ada di Jalan Matraman, dekat toko buku Gramedia.  Atau di Meruya  Ilir. Hanya yang di Bogor menurut saya lebih ok. Paling tidak udaranya cocok untuk berkeringat setelah tubuh dipanaskan sop ayam.

sumber : sportourism.id

0 comments:

Post a Comment