Thursday, July 21, 2016

Sehari Terjual 700 Porsi, Surabi Durian Simpang Jalan Sukasari


Bogor- Jika Anda pecinta durian dan sedang berlibur di Bogor, cobalah mencicipi surabi durian yang tersohor di sini. Street food ini berusia lebih dari satu dekade. Pelanggannya dari kalangan menengah ke bawah hingga artis terkenal.

Mungkin banyak surabi durian di kota-kota lain, bahkan di Bogor sekalipun. Tetapi sudah dua generasi kios surabi durian ini masih menjadi perbincangan pecinta durian di Bogor dan sekitarnya.

Kedai sederhana ini dibuka pada pukul 15.00. Pembeli pun mulai berdatangan setelah para karyawan selesai menata meja dan tempat duduk. Wangi adonan tepung beras pun tercium dari tungku pembakaran yang masih menggunakan arang.

Menu yang disediakan sangat beragam, selain aneka topping durian, dapat juga dicampur dengan topping lain seperti keju, nangka, stroberi, cokelat, telur dan masih banyak lagi. Cukup dengan Rp 5.000 hingga Rp 15.000, Anda dapat menikmati surabi durian aneka topping tersebut.

KompasTravel berkesempatan mencicipi menu andalan di sini, yaitu surabi durian nangka keju. Surabi hangat yang disiram krim durian kental, ditaburi potongan buah nangka. Lalu ditutup parutan keju tersaji dengan cantik. Krim duriannya yang kental melelah ketika dilumat. Surabinya bertekstur sangat lembut, tetapi garing di bagian bawahnya.

Kang Deden sang pemilik mengatakan menggunakan durian lokal pilihan untuk produk kulinernya tersebut.

“Duriannya pakai durian lokal, karena memang lebih enak diolah. Kualitasnya yang super, sudah pasti harum dan manis,” tuturnya.

Kios ini bekerja sama dengan penjual durian-durian lokal di sekitarannya, juga dengan Kebun Durian Warso yang tersohor sebagai pemasok durian di Bogor. Surabi durian ini juga berjualan di Agrowisata Warso Farm ketika akhir pekan. Namun, tetap buka di Sukasari tempatnya sejak awal berdiri.

Berlokasi di simpang Jalan Sukasari, mudah untuk menemukannya, karena tempatnya yang strategis. Berada di persimpangan jalan, di bawah pepohonan rindang tengah kota, Kang Deden sang pemilik mempertahankan konsep berjualan ala street food.

“Pernah ditahun 2014 kita digusur petugas, karena bangunan di samping ingin dibangun. Kita pun pindah ke daerah Tajur arah ke Puncak, dengan tempat yang lebih layak sebenarnya. Tapi malah sepi pengunjung, mungkin karena lebih jauh dan tidak seperti konsep awal yang street food,” ujar Deden.

Ketika berbicara tentang pelanggan, dirinya mengatakan ada artis yang sering ke sini. “Ruben Onsu sering ke sini kalau lagi liburan, ini tempat langganannya, sering juga bawa asistennya atau teman-temannya,” ujarnya.

Hilir mudik pelanggan yang datang sangat beragam, orang tua yang datang sebelum malam biasanya memesan banyak untuk dibungkus.

Sedangkan selepas sore hingga tutup pukul 24.00, anak-anak muda yang datang bersama teman-temannya lebih memilih makan di tempat sambil menikmati suasana malam Kota Hujan.

“Rasanya pas sih di sini, gak terlalu kental, gak juga terlalu cair, manisnya juga pas. Terus surabinya yang lembut yang juga bikin beda dari yang lain,” ujar Wildan yang datang bersama temannya dari Cibubur, Jakarta.

Berbagai topping dan krim buah di sini dibuat sendiri oleh karyawannya. Resep inilah yang dipelihara sejak tahun 2004. Mempekerjakan enam karyawan, Deden masih harus menambahkan dua tenaga karyawan lepas untuk membantu di akhir pekan.

“Di akhir pekan pengunjung bisa empat kali lipat,” tuturnya.

Dalam satu hari di akhir pekan kedai ini bisa menghabiskan 600 hingga 700 porsi surabi, yang berarti menggunakan lebih dari lima buah durian ukuran besar.

Tertarik mencicipinya? Silahkan datang ke kedai Surabi Durian Sukasari, 15 menit dari pintu keluar tol Jagorawi ke arah puncak, sebelum Mall Ekalokasari.





 




Sumber

0 comments:

Post a Comment