POJOKJABAR.com, BANDUNG – Banjir yang menimpa Kota Bandung lebih dikarenakan pembangunan infrastruktur yang belum tuntas. Pasalnya, sejak tahun 2014 sudah mulai menata kota untuk mengatasi banjir. Namun, karena anggaran terlalu besar sehingga penanggulangan banjir belum bisa dirasakan secara cepat. Untuk itu, Pemkot Bandung membutuhkan anggaran Rp300 miliar.
“Kalau di hitung-hitung sekitar sepertiga dari anggaran infrastruktur di DBMP (Dinas Binamarga dan Pengairan,red) digunakan untuk penanggulangan banjir,” ujar Walikota Bandung Ridwan Kamil kepada wartawan, Kamis (17/11/2016).
Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya sudah meminta DBMP untuk melakukan lelang dengan cara yang lebih inovatif. Karena jika menggunakan cara-cara konvensional, maka pengerjaan baru bisa dilakukan sekitar Juni.
“Posisinya sekarang, kita membutuhkan penanganan cepat,” tegasnya.
Untuk menangani banjir di berbagai titik, Ridwan Kamil mengajak warga untuk berpartisipasi. Salah satunya dengan membongkar bagian rumahnya yang terbuat dari beton, dan menutupi saluran air.
“Jadi kita minta kepada warga yang akses jalannya menutupi saluran air untung dibongkar dan diganti dengan grill,” terangnya.
Penggatian ini, tentunya menjadi tanggungjawab pemilik bangunan. Kecuali yang urgent dan dilihat sangat mengganggu, maka akan dibongkar pemerintah. Untuk warga yang dalam pembongkaran terhambat biaya, Ridwan Kamil mengatakan, itu bisa dibicarakan dengan dinas terkait.
“Pokoknya, akan kita usahakan dan akan kita cari solusinya untuk mengatasi banjir,” katanya.
Ridwan Kamil mengatakan, dirinya sudah mengatasi banjir sejak 2014, namun karena membutuhkan dana yang besar dalam pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir tidak bisa dirasakan cepat manfaatnya.
“Seperti pembuatan danau retensi, itu tidak bisa dilakukan cepat-cepat. Karena butuh biaya banyak, dan lahan yang kita miliki juga tidak banyak. Jadi memang tidak bisa sekaligus,” paparnya.
Yang jelas, lanjut Ridwan Kamil, semua masalah banjir menjadi pioritasnya. Bahkan di tengah tudingan pembangunan trotoar yang merupakan penghamburan, karena menggunakan granit, menurut Ridwan Kamil tetap ada perhatian terhadap pembangunan gorong-gorong.
“Yang kita lakukan saat membangun trotoar adalah membangun drainase juga. Saya bukan hanya memperhatikan keindahannya saja tapi juga faktor penyerapan air,” paparnya.
Bahkan untuk ruas jalan yang sebenarnya merupakan jalan Provinsi dan jalan nasional, seperti Jalan Setiabudi dan Jalan Soekarno-Hatta, Ridwan Kamil meminta pembangunan gorong-gorong sesuai dengan besar sungai yang melaluinya. ada air yang meluber ke luar,” katanya. (mur)
0 comments:
Post a Comment