Monday, September 10, 2018

Pengakuan PSK: ASI Bukan untuk Anak, Tapi untuk Pelanggan

Bagi PSK, melayani pria hidung belang adalah salah satu bentuk profesionalitas. Tak peduli bagaimana kondisi mereka, jika mau uang harus mau melayani pria hidung belang.

Di salah satu kawasan di Puncak, Bogor, Jawa Barat, banyak PSK yang sedang hamil atau baru melahirkan tapi tetap bekerja melayani pria. Bahkan mereka dipesan khusus oleh sejumlah pria yang ingin menikmati sensasi berhubungan seks dengan wanita hamil atau menikmati ASI.

Rata-rata PSK di kawasan ini memilih memberikan susu formula untuk bayinya karena khawatir payudara mengendur. ASI yang mereka hasilkan justru dinikmati oleh pria pelanggan yang mendambakan sensasi berbeda.

Untuk membuktikan kabar tersebut, kumparan menelusuri sejumlah lokalisasi di kawasan Puncak. Penelusuran dimulai pada Jumat (7/9) dengan mencari info dari para pedagang di sekitar lokasi.

Di seberang jalan tempat kami berdiri, tampak seorang pria bertopi putih duduk di depan warung kelontong sambil menghisap rokok. Dia mengobrol asyik dengan pria lain yang duduk di sampingnya.

"Itu calo," ujar salah satu warga.

Benar saja, ketika memasuki gang tersebut kedua pria itu langsung menghampiri dan berlomba-lomba menawarkan jasa sewa kamar.

Singkat cerita, lewat jasa calo, kami berhasil bertemu PSK yang sedang hamil tua dan masih melayani pelanggan. Dia bersedia diwawancara dengan nama yang disamarkan.
"Ada (PSK) mas, sebentar saya jemput ke mes dulu," ujar calo tersebut.

Tak lama kemudian PSK itu datang. Sebut saja namanya Ana. Badannya padat berisi dengan rambut panjang lurus digerai ke belakang. Dia mengenakan jaket dan celana tiga perempat motif army.
Meski hamil 8 bulan, Ana tetap melayani pelanggan agar pemasukan tidak berkurang. Dia juga sedang menabung untuk biaya persalinan nanti.

"Masih (kerja), ya kan buat biaya lahiran juga," ujar Ana memulai pembicaraan.

Usianya baru 18 tahun tapi sudah menjadi PSK sejak 2 tahun yang lalu. Kala itu dia ditinggalkan oleh suaminya, lalu memutuskan menjadi PSK. Ana tak tahu persis anak siapa yang saat ini sedang ia kandung.

"Enggak tahu juga kan ada yang sama tamu juga ada yang bocor kan kadang gak tahu. Kalau dari feeling sih dari pacar ya soalnya kan sebelum hamil enggak pakai kondom sama pacar doang," ujar Ana menceritakan dugaan anak yang ia kandung.

Selama hamil, Ana tak begitu mempedulikan kesehatan kandungannya. Ia lebih fokus pada pekerjaannya sebagai PSK. Terlebih ada sejumlah pria hidung belang yang sengaja mencari wanita hamil atau menyusui untuk memuaskan hasrat mereka.

"(Alasan pelanggan) pengen nyobain air ASI yang hamil, karena kalau dipaksain kan keluar juga ya jadi pengen air ASI-nya doang tapi enggak dipakai," ujar Ana.

Meski dengan kondisi demikian, tak ada perbedaan tarif antara dirinya yang sedang hamil dengan temannya yang tidak hamil. Ana menerima imbalan jasa Rp 200-300 ribu dari para pelanggan dalam sekali kencan. Namun biasanya PSK hamil mendapat tip lebih dari pelanggan.

Bagi Ana, hamil dan memiliki anak tanpa ayah adalah risiko pekerjaan yang harus diterima PSK. Dia juga mengaku siap menerima risiko tersebut.

Ana berencana melahirkan di mes lokalisasi. Anaknya akan ia serahkan ke mama germo untuk dirawat.

"Rencananya sih sama mama germonya. Diasuh di situ dan dibiayain sama germonya gitu," ujar Ana.
Biasanya bayi-bayi yang diasuh germo tidak diberi ASI meski ibunya tinggal di kawasan yang sama. Mereka hanya sesekali menemui anaknya.

"Ya biasanya sih pakai susu itu aja, kebanyakan sih sama susu formula," tutur wanita asal Bogor itu.

PSK lainya bernama  Reni, yang baru saja satu bulan melahirkan anaknya menceritakan pengalaman yang sama. Anak dari hasil hubungan gelapnya dengan pelanggan setahun yang lalu tak pernah ia beri ASI.

Satu bulan penuh ia merawat sendiri anaknya di mes PSK. Bulan berikutnya ia memilih menitipkan anaknya tersebut kepada orang tuanya di Cipanas, Bogor.

Setiap bulan ia mengirim uang kepada orang tuanya sebagai biaya merawat anak. “Aku sih  paling tiap minggu sekali, paling lima ratus ribu,” tutupnya.

Sumber

0 comments:

Post a Comment