Thursday, July 28, 2016

Dampak Sistem Ganjil-Genap pada Peningkatan Jumlah Penumpang Commuter Line


Bogor- Pemberlakuan sistem operasional kendaraan berdasarkan plat nomor ganjil-genap yang diterapkan Provinsi DKI Jakarta di beberapa ruas jalan utama berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah penumpang kereta commuter line Bogor menuju Jakarta. Setiap harinya, sekitar 80.000 warga Bogor mempergunakan commuter line untuk beraktivitas di Jakarta.

Kepala Stasiun Besar Bogor Sugihartanto menuturkan, pascapemberlakukan sistem ganjil-genap Rabu kemarin terjadi peningkatan jumlah penumpang kereta commuter line. "Peningkatannya masih relatif sedikit, masih di bawah 10 persen atau sekitar 1.000 penumpang," tuturnya, Kamis (28/7).

Kenaikan jumlah penumpang tersebut masih sedikit dibandingkan rata-rata total penumpang commuter line Bogor-Jakarta yang mencapai 80.000 orang per harinya yang terlayani di 221 perjalanan.

Hartanto menilai, memberlakukan sistem ganjil-genap hanya berpengaruh pada beberapa stasiun saja sehingga tidak terlalu berdampak signifikan pada penumpang kereta di wilayah Bogor dan sekitarnya dan peningkatan penumpang terjadi pada jam sibuk seperti pagi hari dan sore menjelang malam.

Merry Manik (30), salah satu pengguna kendaraan pribadi yang beralih ke commuter line, menuturkan, setelah diberlakukannya sistem ganjil-genap di ruas Jalan Thamrin-Sudirman, dirinya bersama suaminya sepakat untuk menggunakan kereta ke kantornya di kawasan Senayan, Jakarta Selatan.

"Jadi sekarang rutenya dari Bogor naik kereta ke Stasiun Sudirman lalu naik Transjakarta ke Senayan. Lebih ringkas dibanding bawa kendaraan ke kantor dan harus ikuti aturan ganjil-genap," katanya. Namun, ia tetap mendukung sistem gajil-genap yang diberlakukan Pemprov Jakarta untuk transportasi lebih baik. "Tidak masalah, sama saja. Saya mendukung saja apa yang dikerjakan Pak Ahok," tambah Merry.

Berdasarkan data Dinas Lalu Lintas Angkutan dan Jalan (DLLAJ) Kota Bogor, setidaknya ada sekitar 100.000 orang yang setiap harinya komuter Bogor-Jakarta dan sekitar 70 persen dari jumlah komuter tersebut menggantungkan pada angkutan kereta dan bus.

Pemerhati transportasi perkeretaapian, Djoko Setiyowarno mengimbau, kepada pemerintah daerah penyangga Ibukota seperti Bogor, Depok, Bekasi tidak berdiam diri juga menyikapi kebijakan yang dikeluarkan Pemprov Jakarta.

"Setiap kebijakan yang dikeluarkan Pemprov Jakarta, khususnya menyangkut transportasi agar pemimpin daerah penyangga tidak berdiam diri. Didorong kembali, terkait kereta ringan (LRT), Tranjabodetabek dan moda lainya. Agar konsentrasi tidak melulu commuter line, tetapi masyarakat Jabodetabek diberikan pilihan moda masal lain," katanya.


Sumber

0 comments:

Post a Comment