Tuesday, August 9, 2016
Home »
» Ribuan Imigran dan Aktivitasnya di Kawasan Puncak Bogor
Ribuan Imigran dan Aktivitasnya di Kawasan Puncak Bogor
5:10:00 AM
No comments
Bogor - Di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, ada ribuan imigran. Sebagian besar berasal dari Afganistan dan Irak. Nah, 6 orang di antaranya ternyata menyalahi aturan karena bekerja sebagai tukang cukur.
Kepala Imigrasi Kelas 1 Bogor, Herman Lukman menyebut,, saat ini ada 1.449 imigran yang tinggal di kawasan Puncak, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.
"Semua imigran yang ada di kawasan Puncak itu imigran mandiri. Jadi mereka keluar dari negaranya atas inisiatif mereka sendiri dan biaya sendiri. Berbeda dengan imigran yang bukan mandiri, mereka yang imigran mandiri itu hidup dengan biaya sendiri" kata Herman Lukman, Selasa (9/9/2016).
Ribuan imigran tersebut, kata Herman, menyebar di beberapa desa di Cisarua, Kabupaten Bogor. Mereka mengontrak rumah warga. Meski beberapa imigran mandiri tetap mendapat living cost dari UNHCR, para imigran tetap harus mengeluarkan biaya sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga, ada beberapa Imigran yang nekat membuka usaha dan bekerja.
Tidak hanya di kawasan Warung Kaleng, tempat penggerebekan 6 imigran, Herman menyebut banyak imigran yang bekerja dan membuka usaha di sekitar Pasar Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. "Beberapa waktu lalu, itu sebelum bulan Ramadan kita juga amankan imigran yang jualan roti dan bekerja di toko kelontong di Pasar Cisarua. Sekarang mereka sudah kita serahkan ke Rudenim (Rumah Detensi Imigrasi). Mereka kan imigran, imigran itu tidak boleh usaha dan bekerja," terang Herman.
Herieth Heithem, salah satu imigran yang diamankan dari salah satu barber shop di kawasan Puncak, Bogor, mengaku sudah 3 tahun hidup di kawasan Puncak karena UNHCR belum menentukan negara mana yang bisa menampung Herieth dan istri serta dua anaknya. Selama di Puncak, kata Herieth, ia menyewa rumah warga Rp 1,2 juta per bulan.
Sementara untuk memenuhi kebutuhan hidup istri dan dua anaknya, Harieth terpaksa bekerja di Barber Shop milik seorang warga pribumi. "Saya bekerja. Untuk makan. Tidak ada kerja, tidak ada makan. Seperti kalian orang Indonesia," katanya.
Sumber
0 comments:
Post a Comment