Terlalu dituruti, Donjuan, 27, jadi super manja. Sampai menikah pun, dia selalu meminta ini dan itu dengan cara memaksa maupun membentak kepada istrinya sebut Karin, 25. Merasa sakit hati, Karin pun tak segan mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama (PA) Klas 1A Surabaya.
Kejelekan seseorang terkadang ditutup-tutupi saat pacaran. Tapi pas menikah, maka jelek dan buruknya seakan dibuka habis-habisan. Karena itu, Karin sungguh syok dengan sikap suaminya, Donjuan, yang baru dia nikahi sebulan.
Ia melihat suaminya cenderung otoriter dan semaunya sendiri. Sebelum langkah berumah tangganya berlangsung lama dan semakin menyesal, Karin pun memutuskan untuk mengakhiri mahligai pernikahannya dengan menggugat cerai Donjuan.
"Aku bener-bener kayak babu di matanya. Disuruh ini-itu. Iya kalau nyuruhnya sopan, lha wong aku ini dianggap kayak pembantu," ungkap Karin di sela-sela pengajuan gugatan cerai di PA.
Bersama pengacaranya, Karin mencontohkan dengan detail sikap sok merintah sang suami. "Misalnya, dia suruh aku mengambilkan minuman. Eh, kalau lama dikit aja, aku sudah diumpat gak karuan. Kadang disuruh beli pulsa atau apapun yang dia inginkan, biar pun malam-malam ya tetap disuruh berangkat. Padahal, dia itu lho di rumah juga nggak ngapa-ngapain. Kok teganya, perempuan disuruh keluar malam-malam," ungkap Karin.
Sebagai istri, Karin mengaku sebenarnya tidak pernah menolak disuruh apapun. Apalagi setelah menikah, dia harus mengalah tinggal di rumah mertuanya mengikuti sang suami yang tidak mau diajak hidup mandiri dengan mengontrak rumah sendiri.
Padahal tinggal dengan mertua, justru sakit hatinya kian menjadi-jadi. Bagaimana tidak, Donjuan yang dekat dengan mamanya malah terlalu manja dan sering meminta dengan cara membentak-bentak.
Bahkan terakhir yang membuat Karin bulat mengajukan gugatan cerai, ia mendapatkan perlakuan tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dari sang suai. "Aku dilempar gelas dan dipukuli hanya karena nggak mau mengambilkan dia minum. Hayo, apa nggak gendeng wong lanang kayak gitu. Mumpung aku belum punya anak, sebaiknya aku pisah saja daripada nanti anakku yang ganti jadi sasaran kegilaan dia," kata Karin.
Sementara itu, Donjuan yang tahu jika istrinya mengajukan gugatan cerai menolak berpisah dengan Karin. Sebab sebelum memutuskan menikah, dia sudah pacaran dengan Karin cukup lama saat masih kuliah.
"Pacaranku itu sudah tiga tahun. Kayaknya istri minta cerai bukan karena aku manja atau suka suruh ini-itu, tapi mungkin dia malah ingin menikah lagi," jelasnya.
Menurut warga Dharmawangsa itu, dirinya malah tidak pernah menyuruh-nyuruh sang istri. Karena di rumah juga ada pembantu. Namun, istrinya justru menawarkan untuk membantu atau mengambilkan ini-itu sehingga pembantu tidak lagi diberdayakan. "Ada istri yang mau disuruh-suruh, buat apalagi pembantu," kata pegawai bank swasta di kawasan Kertajaya ini.
Sumber : Radar Surabaya
Kejelekan seseorang terkadang ditutup-tutupi saat pacaran. Tapi pas menikah, maka jelek dan buruknya seakan dibuka habis-habisan. Karena itu, Karin sungguh syok dengan sikap suaminya, Donjuan, yang baru dia nikahi sebulan.
Ia melihat suaminya cenderung otoriter dan semaunya sendiri. Sebelum langkah berumah tangganya berlangsung lama dan semakin menyesal, Karin pun memutuskan untuk mengakhiri mahligai pernikahannya dengan menggugat cerai Donjuan.
"Aku bener-bener kayak babu di matanya. Disuruh ini-itu. Iya kalau nyuruhnya sopan, lha wong aku ini dianggap kayak pembantu," ungkap Karin di sela-sela pengajuan gugatan cerai di PA.
Bersama pengacaranya, Karin mencontohkan dengan detail sikap sok merintah sang suami. "Misalnya, dia suruh aku mengambilkan minuman. Eh, kalau lama dikit aja, aku sudah diumpat gak karuan. Kadang disuruh beli pulsa atau apapun yang dia inginkan, biar pun malam-malam ya tetap disuruh berangkat. Padahal, dia itu lho di rumah juga nggak ngapa-ngapain. Kok teganya, perempuan disuruh keluar malam-malam," ungkap Karin.
Sebagai istri, Karin mengaku sebenarnya tidak pernah menolak disuruh apapun. Apalagi setelah menikah, dia harus mengalah tinggal di rumah mertuanya mengikuti sang suami yang tidak mau diajak hidup mandiri dengan mengontrak rumah sendiri.
Padahal tinggal dengan mertua, justru sakit hatinya kian menjadi-jadi. Bagaimana tidak, Donjuan yang dekat dengan mamanya malah terlalu manja dan sering meminta dengan cara membentak-bentak.
Bahkan terakhir yang membuat Karin bulat mengajukan gugatan cerai, ia mendapatkan perlakuan tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dari sang suai. "Aku dilempar gelas dan dipukuli hanya karena nggak mau mengambilkan dia minum. Hayo, apa nggak gendeng wong lanang kayak gitu. Mumpung aku belum punya anak, sebaiknya aku pisah saja daripada nanti anakku yang ganti jadi sasaran kegilaan dia," kata Karin.
Sementara itu, Donjuan yang tahu jika istrinya mengajukan gugatan cerai menolak berpisah dengan Karin. Sebab sebelum memutuskan menikah, dia sudah pacaran dengan Karin cukup lama saat masih kuliah.
"Pacaranku itu sudah tiga tahun. Kayaknya istri minta cerai bukan karena aku manja atau suka suruh ini-itu, tapi mungkin dia malah ingin menikah lagi," jelasnya.
Menurut warga Dharmawangsa itu, dirinya malah tidak pernah menyuruh-nyuruh sang istri. Karena di rumah juga ada pembantu. Namun, istrinya justru menawarkan untuk membantu atau mengambilkan ini-itu sehingga pembantu tidak lagi diberdayakan. "Ada istri yang mau disuruh-suruh, buat apalagi pembantu," kata pegawai bank swasta di kawasan Kertajaya ini.
Sumber : Radar Surabaya
0 comments:
Post a Comment