Usai penggerebekan lokasi prostitusi kelas ecek-ecek di kolong Jembatan Layang (Flyover) Cibinong, masih banyak Pekerjaan Rumah (PR) pemerintah yang kembali menanti. Bukan cuma Flyover Cibinong saja yang jadi langganan para Pekerja Seks Komersial (PSK) itu mangkal. Sebab, sebarannya hampir merata di wilayah Bumi Tegar Beriman. Bahkan, ada 16 daerah yang kini jadi sarangnya.
Ada 16 kecamatan disebut-sebut jadi wilayah yang digemari sang kupu-kupu malam. Hampir setiap malam, para PSK melancarkan aksinya menjerat lelaki hidung belang. Mulai dari tarif Rp50 ribu sekali kencan hingga tarif menengah atas mencapai Rp700 ribu-Rp1 juta.
Bermodalkan gincu merah dan baju seksi, para penjaja seks menawarkan jasa pemuas nafsu untuk semua kalangan. Dari kalangan sopir, buruh di pasar-pasar sampai kalangan elite yang biasa menyewa hotel dan vila.
Berdasarkan data Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bogor, ada 14 daerah yang menjadi sarang PSK. Ini terbagi dalam tiga zona. Di antaranya Zona 1 di Ciawi, Cisarua, Megamendung, Caringin dan Cijeruk. Lalu Zona 2 di Cileungsi, Parung, Kemang, Jonggol dan Sukamakmur. Serta Zona 3 di Cibinong, Citeureup, Bojonggede, Sukaraja, Babakanmadang dan Klapanunggal.
“Hampir semua wilayah ada, cuma yag kita petakan di tiga zona itu yang jadi sarangnya,” kata Kepala Seksi (Kasi) Rehabilitasi Sosial, Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang Dinsos Kabupaten Bogor, Buchori Muslim, dilansir dari BOGOR DAILY.
Buchori menjelaskan, memang tak dipungkiri PSK yang biasa beroperasi di Kabupaten Bogor sudah merambah melalui praktik online. Namun dari tiga lokasi yang disebutkan, kebanyakan PSK-nya terjaring di jalanan. “Itu PSK kelas bawah dengan bayaran Rp100 ribu, Rp50 ribu juga mereka mau,” jelasnya.
Seperti di Ciawi, para PSK itu biasa mangkal tiap malam, tepatnya di jalanan dekat Pasar Ciawi. Begitu juga di Kecamatan Klapanunggal, lokalisasi Limusnunggal hingga kini masih beroperasi meski sembunyi-bunyi. Bahkan di Kecamatan Parung, warung-warung kopi di pinggir Jalan Raya Kemang-Parung sering jadi tempat nongkrong para PSK sebelum akhirnya dibawa ke rumah kontrakan.
Sementara di Cibinong, kawasan Pakansari juga tak luput jadi tempat yang digandrungi PSK ABG untuk mengincar om-om berduit. Seperti pengakuan PSK remaja Pakansari yang terang-terangan mengaku sering diajak kencan dalam wawancara khusus Metropolitan.
Tiga cewek ABG bayaran, sebut saja Lidia, Win dan Atsya. Mereka masuk geng bocah SMP yang bisa dipesan. Geliatnya jadi terkenal dari mulu ke mulut. Berawal dari ajakan karaoke, tak jarang pertemuan dengan pelanggannya berujung pada jasa pemuasan nafsu syahwat om-om nakal. Bahkan, mereka tak jarang kencan ramai-ramai bersama om-om yang saling mengenal.
“Kadang double date, pernah juga tigaan. Tergantung dari mereka sih, kadang kan suka disuruh ajakin teman kamu juga dong,” kata Lidia menirukan ajakan om-om nakal.
Camat Citeureup Asep Mulayana tak menampik di wilayahnya menjadi salah satu lokasi tempat mangkalnya PSK. Hal tersebut pun sudah ditindaklanjuti melalui rapat minggon. “Memang ada titik nongkrong di wilayah kita. Kita akan melakukan penertiban,” kata Asep.
Namun demikian, menurutnya, pihaknya belum mengetahui apakah PSK itu berasal dari wilayahnya atau dari luar Kabupaten Bogor. Sebab, hingga kini masih dilakukan penelusuran. “Belum tahu. Masih kita inventarisir dulu,” ucapnya.
Sementara itu, Camat Jonggol Beben Suhendar mengakui adanya PSK yang mangkal di wilayahnya. Namun sejauh ini, jajarannya di Muspika Kecamatan selalu melakukan penertiban.
“Secara berkala dilakukan pemantauan dan penertiban. Diduga mereka (PSK-red) hanya bertransaksi di warung, sednagkan aktifitas seks di tempat-tempat penginapan,”kata Beben
Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bogor Burhani menyesalkan makin bertambahnya sebaran PSK di wilayah Bumi Tegar Beriman. Ia pun mempertanyakan program nongol babat (nobat) penyakit masyarakat yang belakangan jadi kendor.
“Ini masalah moral dan jadi tanggung jawab kita semua. Nobat ini kan masih berlaku, harusnya itu digencarkan. Intinya harus ada ketegasan pemerintah, kepolisian untuk memberantas penyakit ini,” pinta Burhani.
Sementara Camat Cisarua Bayu Rahmawanto mengakui wilayahnya kerap dijadikan tempat mangkal PSK. Apalagi wilayahnya termasuk salah satu tujuan wisatawan yang digemari.
“Ya itu salah satu dampak dari kunjungan wisatawa. Kami juga selalu lakukan nobat dan pendataan ke kontrakan. Tapi kalau PSK itu sebenarnya sulit dideteksi,” kata Bayu.
Meski begitu, ia mengaku sebagian wilayahnya sudah mulai memiliki kesadaran menolak keberadaan PSK. Salah satunya dengan memasang spanduk berisi penolakan PSK. “Ada yang tulisannya ‘Kampung Bebas Jablay’. Itu mulai disosialisasikan. Jadi kami pun minta bersama masyarakat untuk menekan agar keberadaan PSK ini tidak meningkat,” ujarnya.
Sementara untuk PSK yang terjaring razia kemarin, sudah dibawa ke tempat rehabilitasi yang berlokasi di Cibadak, Sukabumi. Total ada lima orang yang sudah berprofesi PSK sejak lama. “Sudah dibawa ke Cibadak, tapi satu orang dikembalikan ke Balai Kesejahteraan Sosial (BKS) karena dia seorang waria,” imbuhnya.
Terpisah, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bogor Romdoni menjelaskan, ada dua kemungkinan kenapa di Kabupaten Bogor masih banyak PSK yang mangkal. Yakni kurangnya iman dan kurangnya ekonomi. Saat ini adalah bagaimana pemerintah daerah dapat meningkatkan ilmu dan keimanan masyarakatnya. “Kalau iman berkembang sejalan dengan ilmu, tentu hal ini tidak akan terjadi. Pemerintah daerah harus bisa meningkatkan kedua hal itu,” kata Romdoni.
Romdoni pun mengkritisi terkait target kesalehan sosial yang merupakan salah satu penciri Kabupaten Termaju di Indonesia. Sebab, hal tersebut jangan hanya dijadikan label saja, melainkan harus diaplikasikan dan diselesaikan. “Pemerintah bisa menyiapkan fasilitas untuk keagamaan mereka juga. Termasuk meningkatkan ekonomi kreatif masyarakat agar mereka mempunyai keahlian,” ucapnya.
Ia pun berharap semoga Allah SWT dapat memberi kesadaran bagi para pelaku PSK di Kabupaten Bogor. Sebab, kebiasaan sudah ditangkap dan diberikan pelatihan namun kembali lagi menjadi PSK, tentu hal tersebut sangat disesalkan. “Semoga Allah memberikan kesadaran bagi mereka secepatnya,” ujarnya.
Sumber
Ada 16 kecamatan disebut-sebut jadi wilayah yang digemari sang kupu-kupu malam. Hampir setiap malam, para PSK melancarkan aksinya menjerat lelaki hidung belang. Mulai dari tarif Rp50 ribu sekali kencan hingga tarif menengah atas mencapai Rp700 ribu-Rp1 juta.
Bermodalkan gincu merah dan baju seksi, para penjaja seks menawarkan jasa pemuas nafsu untuk semua kalangan. Dari kalangan sopir, buruh di pasar-pasar sampai kalangan elite yang biasa menyewa hotel dan vila.
Berdasarkan data Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bogor, ada 14 daerah yang menjadi sarang PSK. Ini terbagi dalam tiga zona. Di antaranya Zona 1 di Ciawi, Cisarua, Megamendung, Caringin dan Cijeruk. Lalu Zona 2 di Cileungsi, Parung, Kemang, Jonggol dan Sukamakmur. Serta Zona 3 di Cibinong, Citeureup, Bojonggede, Sukaraja, Babakanmadang dan Klapanunggal.
“Hampir semua wilayah ada, cuma yag kita petakan di tiga zona itu yang jadi sarangnya,” kata Kepala Seksi (Kasi) Rehabilitasi Sosial, Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang Dinsos Kabupaten Bogor, Buchori Muslim, dilansir dari BOGOR DAILY.
Buchori menjelaskan, memang tak dipungkiri PSK yang biasa beroperasi di Kabupaten Bogor sudah merambah melalui praktik online. Namun dari tiga lokasi yang disebutkan, kebanyakan PSK-nya terjaring di jalanan. “Itu PSK kelas bawah dengan bayaran Rp100 ribu, Rp50 ribu juga mereka mau,” jelasnya.
Seperti di Ciawi, para PSK itu biasa mangkal tiap malam, tepatnya di jalanan dekat Pasar Ciawi. Begitu juga di Kecamatan Klapanunggal, lokalisasi Limusnunggal hingga kini masih beroperasi meski sembunyi-bunyi. Bahkan di Kecamatan Parung, warung-warung kopi di pinggir Jalan Raya Kemang-Parung sering jadi tempat nongkrong para PSK sebelum akhirnya dibawa ke rumah kontrakan.
Sementara di Cibinong, kawasan Pakansari juga tak luput jadi tempat yang digandrungi PSK ABG untuk mengincar om-om berduit. Seperti pengakuan PSK remaja Pakansari yang terang-terangan mengaku sering diajak kencan dalam wawancara khusus Metropolitan.
Tiga cewek ABG bayaran, sebut saja Lidia, Win dan Atsya. Mereka masuk geng bocah SMP yang bisa dipesan. Geliatnya jadi terkenal dari mulu ke mulut. Berawal dari ajakan karaoke, tak jarang pertemuan dengan pelanggannya berujung pada jasa pemuasan nafsu syahwat om-om nakal. Bahkan, mereka tak jarang kencan ramai-ramai bersama om-om yang saling mengenal.
“Kadang double date, pernah juga tigaan. Tergantung dari mereka sih, kadang kan suka disuruh ajakin teman kamu juga dong,” kata Lidia menirukan ajakan om-om nakal.
Camat Citeureup Asep Mulayana tak menampik di wilayahnya menjadi salah satu lokasi tempat mangkalnya PSK. Hal tersebut pun sudah ditindaklanjuti melalui rapat minggon. “Memang ada titik nongkrong di wilayah kita. Kita akan melakukan penertiban,” kata Asep.
Namun demikian, menurutnya, pihaknya belum mengetahui apakah PSK itu berasal dari wilayahnya atau dari luar Kabupaten Bogor. Sebab, hingga kini masih dilakukan penelusuran. “Belum tahu. Masih kita inventarisir dulu,” ucapnya.
Sementara itu, Camat Jonggol Beben Suhendar mengakui adanya PSK yang mangkal di wilayahnya. Namun sejauh ini, jajarannya di Muspika Kecamatan selalu melakukan penertiban.
“Secara berkala dilakukan pemantauan dan penertiban. Diduga mereka (PSK-red) hanya bertransaksi di warung, sednagkan aktifitas seks di tempat-tempat penginapan,”kata Beben
Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bogor Burhani menyesalkan makin bertambahnya sebaran PSK di wilayah Bumi Tegar Beriman. Ia pun mempertanyakan program nongol babat (nobat) penyakit masyarakat yang belakangan jadi kendor.
“Ini masalah moral dan jadi tanggung jawab kita semua. Nobat ini kan masih berlaku, harusnya itu digencarkan. Intinya harus ada ketegasan pemerintah, kepolisian untuk memberantas penyakit ini,” pinta Burhani.
Sementara Camat Cisarua Bayu Rahmawanto mengakui wilayahnya kerap dijadikan tempat mangkal PSK. Apalagi wilayahnya termasuk salah satu tujuan wisatawan yang digemari.
“Ya itu salah satu dampak dari kunjungan wisatawa. Kami juga selalu lakukan nobat dan pendataan ke kontrakan. Tapi kalau PSK itu sebenarnya sulit dideteksi,” kata Bayu.
Meski begitu, ia mengaku sebagian wilayahnya sudah mulai memiliki kesadaran menolak keberadaan PSK. Salah satunya dengan memasang spanduk berisi penolakan PSK. “Ada yang tulisannya ‘Kampung Bebas Jablay’. Itu mulai disosialisasikan. Jadi kami pun minta bersama masyarakat untuk menekan agar keberadaan PSK ini tidak meningkat,” ujarnya.
Sementara untuk PSK yang terjaring razia kemarin, sudah dibawa ke tempat rehabilitasi yang berlokasi di Cibadak, Sukabumi. Total ada lima orang yang sudah berprofesi PSK sejak lama. “Sudah dibawa ke Cibadak, tapi satu orang dikembalikan ke Balai Kesejahteraan Sosial (BKS) karena dia seorang waria,” imbuhnya.
Terpisah, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bogor Romdoni menjelaskan, ada dua kemungkinan kenapa di Kabupaten Bogor masih banyak PSK yang mangkal. Yakni kurangnya iman dan kurangnya ekonomi. Saat ini adalah bagaimana pemerintah daerah dapat meningkatkan ilmu dan keimanan masyarakatnya. “Kalau iman berkembang sejalan dengan ilmu, tentu hal ini tidak akan terjadi. Pemerintah daerah harus bisa meningkatkan kedua hal itu,” kata Romdoni.
Romdoni pun mengkritisi terkait target kesalehan sosial yang merupakan salah satu penciri Kabupaten Termaju di Indonesia. Sebab, hal tersebut jangan hanya dijadikan label saja, melainkan harus diaplikasikan dan diselesaikan. “Pemerintah bisa menyiapkan fasilitas untuk keagamaan mereka juga. Termasuk meningkatkan ekonomi kreatif masyarakat agar mereka mempunyai keahlian,” ucapnya.
Ia pun berharap semoga Allah SWT dapat memberi kesadaran bagi para pelaku PSK di Kabupaten Bogor. Sebab, kebiasaan sudah ditangkap dan diberikan pelatihan namun kembali lagi menjadi PSK, tentu hal tersebut sangat disesalkan. “Semoga Allah memberikan kesadaran bagi mereka secepatnya,” ujarnya.
Sumber
0 comments:
Post a Comment