Sunday, April 1, 2018

Geliat Aktivitas PSK Di Puncak Bogor Beserta Tarifnya

Keberadaan para pekerja seks komersial (PSK) di kawasan Puncak Bogor cukup sulit dielakkan warga.

Hal itu terjadi karena para PSK kerap berbaur dengan masyarakat sekitar bahkan beberapa dari mereka merangkap profesi agar tidak mudah dicurigai.

Salah satu warga Puncak yang mengenal betul aktivitas mereka, Boni (nama samaran) mengatakan bahwa di Puncak bukan warga Bogor dan cukup pandai menyembunyikan diri.

Menurutnya, dalam kesehariannya mereka berbaur dengan warga sekitar dan bertingkah mengikuti lingkungannya.

"Dia ngekos di suatu tempat, ngakunya pekerjaan lain. Saya tahu jelas karena sering ketemu dengan mereka-mereka.
Mereka di lingkungan, normal, dia kalau di lingkungan punya aturan kan ya, mereka berperilaku seperti warga setempat," ujarnya ketika ditemui TribunnewsBogor di kawasan Puncak Bogor.

Ia juga mengatakan bahwa beberapa waktu ke belakang pun sempat ada PSK yang profesinya terendus warga yang kemudian diusir oleh pemilik kos.

Terkait alasan kenapa mereka menjadi PSK, Boni menjelaskan bahwa di Puncak hampir tidak ada lagi alasan klasik terpaksa menjual diri untuk menafkahi keluarganya.

Karena menurutnya di dalam aktivitasnya mereka sering berpesta menghabiskan uang dan minum minuman keras.

"Jadi emang mereka niatnya mencari uang dengan mudah dengan menjual diri. Kalau dulu mungkin tahun 70 atau 80-an ada, sekarang mah udah profesional, kan hubungan saja pakai HP, mereka janjian dimana gitu japri," katanya.

Layani Tamu Asal Timur Tengah

TribunnewsBogor sempat menemukan segerombolan anak muda tamu Timur Tengah mengunjungi sebuah tempat wisata di kawasan Puncak.

Terpantau mereka didampingi oleh seorang perempuan lokal dengan penampilan mencolok dengan santai melintasi kerumunan wisatawan lain.

"Tuh itu jablay (PSK), biasanya dibooking beberapa hari gitu," bisik seorang pedagang kepada TribunnewsBogor.

Hal senada juga diungkapkan oleh Boni, namun menurutnya tidak semua PSK lokal mampu melayani tamu Timur Tengah.

PSK ini selain melayani tamu lokal juga ada yang melayani tamu Timur Tengah, di booking sampai 3 hari, tapi tidak semua PSK mau melayani tamu Timur Tengah karena satu, dia udah pengalaman, yang kedua, kemampuan bahasa (Arab)," ungkap Boni.

Dalam waktu 3 hari tersebut, menurut Boni PSK full melayani si tamunya.

Selain itu menurutnya, tidak semua tamu Timur Tengah memesan pelayanan PSK lokal karena mayoritas wisatawan Arab yang datang ke Puncak adalah se-keluarga.

"Tamu Timur Tengah tidak semua ngebooking PSK, karena tamu Timur Tengah yang datang ke Puncak mayoritas keluarga bawa istri bawa anak, tapi masih ada sekitar 10 atau 20 persen tidak bawa istrinya, itu kalau ngebooking PSk 3 hari itu full, 24 jam kali tiga, jalan-jalannya dia anter, tidak hanya seks aja," katanya.

PSK Asal Maroko

Beberapa waktu lalu jelang malam tahun baru 2018 seorang PSK asal Maroko yang berinisial NB (27) ditangkap dan dideportasi oleh pihak Imigrasi Kelas I Bogor.

Selain itu untuk penangkapan PSK asal Timur Tengah di Puncak, pihak Imigrasi kerap menemui kesulitan karena para PSK ini selalu berbaur dengan para imigran yang lainnya.

Menurut Boni, PSK Maroko cukup banyak tinggal di kawasan Puncak dimana dalam kesehariannya sulit diidentifikasi bahwa mereka adalah PSK.

Lanjut dia, mereka biasanya berpindah-pindah tempat tinggal dan dalam kesehariannya pun tidak mencurigakan namun jarang melayani tamu lokal.

"PSK maroko ada banyak, permasalahannya mereka tuh dibilang PSK juga sulit, dibilang enggak juga ada dari mereka yang menjual diri," ungkap Boni.

Selain itu menurutnya para PSK Timur Tengah ini jarang bertransaksi di kawasan Puncak melainkan di suatu tempat yang berinisial 'HW' di kawasan Jakarta.

"Mereka tinggal di Puncak, janjian dengan tamu Timur Tengah di Puncak, tapi melakukan transaksi dan seks bukan di sini, tapi di Jakarta di HW, PSK Maroko itu ada, hiburan di sana," katanya.

Tarif Kencan Satu Malam


Boni mengatakan bahwa untuk PSK lokal tarifnya mulai dari Rp 250 ribu sampai Rp 1,5 juta sekali kencan.

Dimana rata-rata menurutnya mereka berumur diantara 20 sampai 35 tahun dan PSK yang berumur belasan belakangan ini sudah jarang ditemui.

Lanjut dia, ketika mereka sudah dibooking dan mengunjungi sebuah vila atau hotel, mereka sulit diidentifikasi karena mereka akan mengaku datang untuk bertemu teman.

"Kalau di Puncak mah PSK lokal umurnya diantara 20 sampai 35 tahun, tarifnya yang saya tahu 250 ribu ST (short time) sampai 1,5 juta LT (long time) dan itu tidak bisa dipungkiri, emang nyata, udah rahasia tapi rahasia umum," ujarnya.

Sementara untuk PSK Maroko menurut Boni tarifnya bisa lebih tinggi yakni dari angka Rp 3 juta hingga Rp 6 juta sekali kencan namun harga detail sulit diketahui karena jarang bertransaksi melalui perantara orang lokal.

PSK Maroko yang kerap beroperasi di Kawasan Puncak dideportasi pihak Imigrasi Bogor

"Mereka melakukan transaksi dan seks bukan di sini, tapi di Jakarta di HW, hiburan di sana, temen-temen yang suka nganter Tamu Timur tengah bicara ke saya, PSK maroko itu ada, ada yang nyampe 6 juta (sekali kencan)," katanya.

Tempat Mangkal

Boni mengatakan bahwa cukup sulit mengidentifikasi tempat mangkal para PSK lokal mau pun PSK Timur Tengah di kawasan Puncak Bogor.

Mereka pun menurutnya kerap berbaur dengan lingkungannya terlebih mereka kerap berpindah-pindah tempat tinggal serta mereka jarang berkumpul di suatu tempat khusus.

"Mereka di kos-kosan biasa, PSK Maroko juga, gaya seperti biasa, sehari-hari masak, nyuci baju, perantara juga jarang, mereka rata-rata bertransaksi langsung (via ponsel)," katanya.

Jika malam tiba menurutnya jika sudah melakukan perjanjian mereka kadang bertemu di restoran kemudian mereka minta untuk diantar oleh sopir ke suatu tempat.

Sementara menurut warga Puncak yang lain, Jaenudin (nama samaran) mengatakan bahwa jika ada orang tak dikenal menanyakan keberadaan atau tempat mangkal PSK di Puncak ia pasti menjawabnya tidak ada.

"Kalo ada yang nanya, ada gak tempat mangkal PSK di Puncak, saya pasti jawab gak ada, tapi kalau mau pesen silahkan," ujarnya sembari bercanda.

Sumber

0 comments:

Post a Comment