Tuesday, August 9, 2016

Bogor Sulit Terapkan Program Full Day School


BOGOR -Program Full Day School (Belajar di Sekolah Seharian) yang diwancanakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sulit untuk diterapkan di Bogor. Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor, Edgar Suratman kepada SP di Bogor, Selasa (9/8).

“Program seharian belajar penuh di sekolah dari Kemendikbud perlu dikaji karena tidak semua sekolah mampu menerapkan hal tersebut. Di Kota Bogor paling hanya sekolah tertentu yang siap melaksanakannya, itu pun harus dikaji dan disepakati bersama bukan hanya oleh pihak sekolah, tapi juga orang tua siswa, siswa tersebut, dan lingkungan sekitar,” ujar Edgar.

Dia beralasan, tanpa komitmen yang kuat antara pihak yang terkait maka program tersebut hanya bisa sebatas wacana. “Dengan kegiatan belajar mengajar selama 5 hari dan selama 7 jam saja masih banyak yang perlu dievaluasi karena tak sedikit siswa merasa lelah, apalagi ini yang seharian penuh selama 10 jam,” tambahnya.

Renata, orangtua siswa di Kota Bogor merasa keberatan jika program tersebut jadi diterapkan.”Tiap hari anak saya bersekolah pukul 07.00 WIB lalu pulang pukul 15.00 WIB, dia sudah keteteran dengan berbagai tugas dan buku-buku yang dibawanya dalam tas besar. Belum lagi bila ada tugas kelompok atau ekstrakulikuler, itu sudah membuatnya lelah,” ungkap Renata

Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, Aman Jaya, juga tegas mengatakan ketidaksetujuan dengan gagasan Kemdikbud. Menurutnya, gagasan itu tidak tepat jika diterapkan kepada anak-anak tingkat sekolah dasar.

“Mereka (siswa SD) masih butuh waktu selepas sekolah untuk bermain. Waktu di mana anak-anak SD memang masih membutuhkan waktu bermain. Kecuali, jam tambahan untuk mereka dimasukkan kegiatan bermain dalam kurikulum nanti,” katanya. Ia mendukungan jika sistem full day diterapkan di tingkat SMP dan SMA.

Kepala Bidang Pendidikan Dasar pada Dinas Pendidikan Kota Bogor, Setiabudi mempertanyakan alasan teknis gagasan tersebut. Menurutnya, sejumlah pihak terkait harus mengkaji terlebih dahulu gagasan itu secara mendalam.

Para tenaga didik mengaku menyetujui selama aturan tersebut bernuansa positif. Hanya, sistem ini akan menambah beban bagi guru sehingga harus ada kesempatan bersama sebelumnya.

“Ya, tinggal menunggu peraturan pemerintah yang mengesahkan,” ujar Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMP Negeri 11 Bogor, Tri Susianto.

Untuk menghindari penyimpangan yang terjadi di luar jam kegiatan belajar mengajar, SMPN 11 mewajibkan setiap siswa mengikuti salah satu ekstrakulikuler yang ada di sekolah. “Ada 17 macam ekskul yang dijadwalkan setiap harinya, jadi gak di-blok di hari Sabtu saja, tambahnya.

Kepala SDN Sempur Kaler, Yati Rosmiati menambahkan, jika sistem ini diterapkan maka perlu pengawasan serta bimbingan dari orangtua. Sehingga tanggung jawab tidak sepenuhnya berada di tangan sekolah.

“ Kalau seperti itu, enggak ada pekerjaan orangtua di rumah. Mereka jadi lebih leluasa betul,” imbuhnya.

Sumber

0 comments:

Post a Comment